Sumber (http://4.bp.blogspot.com)
Prolog…!
Suku bangsa Dayak punya
sikap hidup sosial yang unik. Sayang kalo generasi muda Dayak ga tahu menahu
tentang budaya leluhurnya. So, tulisan ini ditujukan buat generasi muda Dayak
dan netizen Indonesia secara luas.
Tujuannya ga lain ga
bukan supaya generasi muda Dayak semakin paham cara hidup leluhurnya, menyerap
sifat-sifat sejati budaya Dayak dan - yang paling penting - generasi muda Dayak
mampu mengolah budaya leluhurnya yang – well,
sangat kaya itu – dengan segala kreativitas orang muda untuk ngejawab tantangan
kehidupan sosial masa kini.
Met baca guys…!!!
Aku mau kenalin kamu pada
sikap hidup sosial, budaya, ekonomi dan politik suku bangsa Dayak yang asli
yang sayang seribu sayang, sikap hidup ini – seperti yang dialami hampir semua
suku bangsa di Indonesia – semakin
terdesak oleh globalisasi.
Aku ga bermaksud menyeret
kamu ke dalam romantisme kultural – ngajak
kamu hidup di masa lalu atau kembali ke masa lalu – tetapi pengen ngebuka mata
kamu akan realita kalo sekarang sikap hidup sosial orang Dayak udah banyak
berubah tanpa kamu sadari dan sedihnya, perubahan itu seringnya dipaksakan atau
dengan lain kata, sikap hidup orang Dayak sengaja ditindas atau dihilangkan
dari muka Bumi, para pelakunya, by the
way, kebanyakan orang Dayak sendiri, bukan orang luar.
Ayo kita bahas beberapa sikap hidup orang
Dayak yang unik!
Rumah Panjang: Harmoni antara sikap Individual dan Kebersamaan
Komunitas masyarakat
Dayak di Kalimantan, Indonesia, sebelum tahun 1950-an pada umumnya tinggal
dalam Rumah Panjang ( Rumah Panjai,
Batang, Betang, Radakng ). Rumah Panjang sebetulnya adalah hunian keluarga-keluarga
yang sambung-menyambung menjadi satu. Ada dua bagian Rumah Panjang yaitu Bagian
Tertutup dan Bagian Terbuka.
Gambar 1
Rumah Betang Toyoi, Tumbang Malahui, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah
Bagian Tertutup adalah
ruang milik sebuah keluarga, Bagian Terbuka yang disebut soa atau soah adalah
ruang bersama dimana setiap orang bebas nongkrong, tiduran, dan ngobrol santai.
Sebaliknya, di Bagian Tertutup, kalo kamu bukan anggota keluarga si empunya
ruang, kamu ga lagi berlaku bebas tapi musti tunduk pada peraturan keluarga
yang bersangkutan.
Kenapa begitu? Alasannya
karena orang Dayak percaya pada paham harmoni antara nilai Individual dan nilai
Sosial. Artinya, orang Dayak mengakui dan memberi ruang baik untuk nilai
Individual sekaligus untuk nilai Kelompok!
FYI, Biasanya sih
orang-orang jaman sekarang membenturkan kedua nilai ini. Ada yang cuma
menjunjung tinggi nilai Individualitas seperti yang wujud dalam sistem
Demokrasi Liberal dan ekonomi Kapitalistik, sebaliknya ada paham yang cuma
menjunjung tinggi nilai Kelompok seperti yang terdapat dalam sistem Sosialisme
dan ekonomi Komunis. Hebatnya, melalui filosofi Rumah Panjang, orang Dayak
merangkul kedua-duanya!
Gambar 2
Interior Rumah Panjang Sei Utik, Kalimantan Barat
Bagian Tertutup dan Bagian Terbuka
Kembali ke Rumah Panjang!
Selain untuk hunian,
Rumah Panjang juga memainkan peran sebagai jantung kebudayaan orang Dayak. Di
Rumah Panjang putra-putri Dayak melakukan home
schooling, para tetua menuturkan sejarah asal-usul, adat-istiadat,
nilai-nilai sosial budaya, juga berbagai macam ritual dan kesenian dipentaskan
di situ.
Di Kalimantan, Indonesia,
Rumah Panjang udah jadi objek langka, sementara di Sarawak, Malaysia,
Rumah-Rumah Panjang tetap dipertahankan hingga hari ini!
Dua peneliti, David
Jenkins dan Guy Sacerdoti yang pernah ngobrol dengan para penginjil di
Kalimantan Barat menyebutkan, langkanya Rumah Panjang di Kalimantan adalah
karena ada tuduhan kepada suku bangsa Dayak kalu hidup dan tinggal di Rumah
Panjang itu sama aja dengan jadi pendukung paham Komunisme ( dimana pada tahun
1960-an terjadi “pembersihan” secara besar-besaran orang-orang yang dituduh
sebagai komunis oleh rejim Orde Baru ). Tulisan mereka berdua kemudian dimuat
dalam jurnal Far Eastern Economic Review tahun 1978.
Seiring runtuhnya Rumah
Panjang, runtuh pula filosofi harmoni antara nilai Individual dan nilai
Kebersamaan orang Dayak. Hasilnya, terjadilah pergeseran maha dahsyat dalam
pola pikir dan perilaku orang Dayak ( misalnya, orang Dayak sekarang bersikap
terlalu individualistik, konsumtif, dalam politik dan ekonomi muncul sikap
saling menjatuhkan sesama orang Dayak ).
Gambar 3
Objek Wisata Rumah Betang di Anjungan Kalimantan Tengah
Taman Mini Indonesia, Jakarta
Kini di Kalimantan,
Indonesia, Rumah Panjang cuma dibangun sebagai penghias objek wisata saja.
Belum ada usaha dari generasi muda Dayak untuk melestarikan Rumah Panjang
bahkan untuk melakukan inovasi supaya Rumah Panjang dapat tampil sesuai dengan
cita rasa modern.
Nah, gimana menurut kamu,
guys? Menarik bukan?? Sebagai
generasi muda Dayak apa yang bisa kamu buat untuk memicu kobaran semangat
filosofi Rumah Panjang menyala lagi di antara orang Dayak?? Aku tunggu
komentarmu dan aksimu!
[bersambung….]
====
*) Isi tulisan ini sepenuhnya disadur
dari buku “Kurban yang Berbau Harum – 65 Tahun Pdt. Dr. Fridolin Ukur” halaman
81 – 98 dengan bahasa yang udah dimodif dan diimprov untuk kaum muda. Boleh
nyalin dan ngutip tulisan ini dengan syarat nyantumin kredit di bawah ini:
No comments:
Post a Comment