Sumber (http://4.bp.blogspot.com)
Prolog….!
Kamu udah tau di Bagian
#2 gimana cara dan sikap orang Dayak ngelola tanah, hutan, dan sumber daya alam
di Kalimantan. Sayang sekali klu semua pengetahuan itu hilang dan ga ada yang
mau mempelajarinya. Apalagi sekarang, saat isu kerusakan lingkungan santer
diteriakkan oleh negara-negara Barat, solusi orang Dayak bisa lho ditampilkan
ke permukaan untuk jadi jawaban bagi lingkungan yang sedang dirusak.
Anyway, pada bagian ini aku pengen kenalin kamu sama padi. Padi??? Yupp..,
padi! Klo bagi orang jaman sekarang padi ga lebih cuma jadi pengisi perut saat
lapar – dalam bentuk beras dan nasi tentunya –, but, bagi leluhur kita, teristimewa orang Dayak, padi menyimpan
kisah yang sangat menarik buat diketahui oleh kamu-kamu semua. Simak catatan
berikut…!
Met baca guys….!!!
Gambar 1
Lanskap Daratan Kalimantan, Hutan, Bukit, dan Lembah
Puncak Gunung Lumut dari Desa Suku Muluy
(Sumber: Mogabay.com, Foto: Hendar)
Menurut Julipin (Julipin,
1992) bagi orang Dayak, padi ga bisa lepas dari kehidupan sosial budaya mereka.
Buktinya, upacara-upacara ritual sepanjang tahun didasarkan pada siklus menanam
padi. Fenomena ini, menurut para ahli sosial karena suku bangsa Dayak adalah
masyarakat agraris (masyarakat agraris:
masyarakat yang kehidupan sosial ekonominya ditopang oleh hasil pertanian
terutama padi). Tapi mengejutkan, pandangan demikian ditolak mentah-mentah oleh
orang Dayak karena dianggap melecehkan sosial budaya orang Dayak.
Ternyata bagi orang Dayak
aktivitas menanam padi dan padi itu sendiri adalah religious sifatnya (sama
religiusnya saat orang Islam melaksanakan ritual Haji atau orang Kristen
melaksanakan ritual Misa di jaman sekarang). Pekerjaan menanam, memelihara dan
menuai padi adalah pusat aktivitas dan interaksi sosial orang Dayak. Waktu
bergotong-royong ngerjakan ladang, kaum muda-mudi saling berbalas pantun dan nyayian,
kaum tetua ngasih petuah dan wejangan tradisi buat kaum muda.
Gambar 2
Aktivitas Membuka Hutan Umum dilakukan Orang Dayak saat Membuat Ladang / Sawah
(Sumber: http://basecamppetualang.blogspot.co.id, Foto: RH Pras****)
Pokoknya, padi ga bisa
dipisahin dari kehidupan spiritual suku bangsa Dayak. Ritual keagamaan orang
Dayak tiap tahun dimulai saat pepohonan ditebang dan ditebas untuk ngebuka
ladang baru, kemudian, di tiap tahap pengerjaan mesti ngadain upacara-upacara
ritual. Ritual berpuncak setelah panen selesai.
Dalam pandangan keagamaan
orang Dayak, padi dianggap sama seperti manusia. Padi memiliki samangat sumangir (Jiwa). Samangat sumangir kudu dirawat dan mesti
dihormati supaya betah tinggal bersama manusia. Apabila ada anggota suku Dayak
yang hasil panennya selalu berlimpah ruah, dianggap sebagai sampbadi (orang beriman, taat dan
taqwa).
Gambar 3
Festival Pesta Kaamatan di Hongkood Koisaan, Sabah, Malaysia
(Sumber: www.thestar.com.my)
Gambar 4
Tarian Merayakan Pesta Kaamatan Komunitas Kadazan di Sabah, Malaysia
(Sumber: http://www.virtualmalaysia.com/events/tadau-kaamatan/)
Pesta-pesta adat setelah
panen raya (Naik Dango – suku Dayak
Kanayatn, Gawai Dayak – di Kalimantan
Barat dan Sarawak, Pesta Kaamatan –
di Sabah) adalah klimaks pesta-pesta ritual keagamaan yang bertalian dengan
siklus berladang. Bagi orang Dayak, pesta ini semacam Thanks Giving versi orang Dayak untuk ngungkapin rasa terima kasih
kepada Tuhan selain itu sebagai bentuk harapan dan doa supaya hasil ladang di
tahun mendatang selalu berlimpah ruah.
Gambar 5
Festival Naik Dango ke-30 Kabupaten Landak, Mempawah, Kubu Raya, Kalimantan Barat
(Sumber: http://www.kompasiana.com/adrianus84/)
Gambar 6
Tarian Panompo pada Festival Naik Dango
(Sumber: http://www.kompasiana.com/adrianus84/)
Saking pentingnya padi
dalam kehidupan orang Dayak, suku bangsa Dayak punya bermacam-macam bibit padi.
Mulai dari bibit padi yang bisa tumbuh di tanah persawahan sampe yang bisa
tumbuh di atas pegunungan. Sayang sekali belum ada ahli biologi dari generasi
muda Dayak yang mau meneliti biodiversity
(biodiversity: keanekaragaman,
kekayaan alam hayati) bibit-bibit padi orang Dayak. Selain itu, belum ada
generasi muda Dayak yang tertarik mengintegrasikan teknologi modern ke cara
bertani orang Dayak.
Saat ini seringnya dunia
pertanian pake pupuk buatan dan pembasmi hama kimia yang sangat merusak tanah,
belum ada usaha dari generasi muda Dayak untuk pake pengetahuan leluhurnya biar
tau gimana cara nyuburin tanah dan mengontrol hama tanaman, padahal pengetahuan
seperti ini sangat diperlukan karena orang-orang di kota semakin sadar kesehatan
dan lebih milih makanan-makanan organics.
Bukankah ini kesempatan bagus untuk mempromosikan organics life style a la Dayak kepada dunia? Siapa berminat??
[bersambung…. ]
No comments:
Post a Comment