Friday, July 15, 2011

Hubungan antara Ilmu Pengetahuan Modern (Modern Science) dan Agama (Theology) Bag. 3


Alfonso X "The Wise" and his court
Source (http://usercontent2.hubimg.com/5543191_f520.jpg)

Hubungan teologi kepada ilmu pengetahuan alam

Ilmu pengetahuan alam berusaha untuk mengembangkan pengetahuan mereka dengan merujuk kepada kepastian matematika. Apakah tidak ada batasan bagi ilmu pengetahuan alam?
  • Riset pasti (exact), mulai dari fisika atom sampai astrofisika, mulai dari mikrobiologi sampai genetika dan kedokteran, dapat diikuti sampai kepada titik dimana kemungkinan terbesar kepastian matematika dicapai. Ilmu pengetahuan berdasarkan matematika, kemudian, memiliki pembenaran yang lengkap, otonominya sendiri dan hukum-hukum yang inherent, yang mana tak satu teolog atau orang beragama pun yang boleh mempermasalahkannya dengan cara menariknya ke otoritas yang lebih besar (misalnya, Tuhan, kitab Suci, Organisasi Keagamaan, pemimpin agama, dsb). Melawan berbagai rupa perlakuan oleh teologi dan Gereja, harus ditekankan bahwa pemisahan antara pernyataan matematik-ilmiah dan metafisik-teologis adalah benar dan dibutuhkan.
  • Jika pertanyaan-pertanyaan ilmu pengetahuan alam – dengan benar – diperlakukan menurut metode dan gaya ilmu pengetahuan alam, maka – di lain pihak – pertanyaan mengenai jiwa manusia dan masyarakat, pertanyaan mengenai hukum, politik, sejarah, pertanyaan mengenai estetika, moral dan agama juga harus diperlakukan menurut metode yang berkaitan dengan objek-objek tersebut dan menurut gaya mereka sendiri. Tak menjadi soal seberapa benarnya kita menekankan otonomi dan hukum-hukum inherent dari ilmu pengetahuan alam, masalah-masalah yang mendasarinya tidak akan lewat melalui kesunyian, karakter-karakter rekaan (hypothetical) dari hukum-hukumnya tidak akan diabaikan, dan kesimpulan-kesimpulannya tidak akan dipandang sebagai yang absolut: bersamaan dengan kemungkinan dari ilmu pengetahuan alam, keterbatasannya juga harus perlu diperhatikan. Sebagaimana melawan berbagai rupa perlakuan oleh matematika dan ilmu pengetahuan alam, harus perlu juga diamati bahwa tidak ada kriteria matematik-ilmiah dalam terang dimana pernyataan metafisik-teologis dapat digambarkan sebagai tak bermakna (atau masalah-semu).

Ilmu pengetahuan alam sebagai fondasi? Ya, jika ilmu pengetahuan alam tidak dibuat menjadi segala-galanya.
  • Ilmu pengetahuan adalah benar untuk menjadi fondasi bagi teknologi modern dan industri dan sungguh bagi cara pandang dunia modern, bagi peradaban modern dan budaya secara keseluruhan.
  • Namun, ilmu pengetahuan alam adalah sebuah fondasi yang cocok bagi cara pandang dunia modern, peradaban modern dan budaya hanya jika fondasi ini tidak dipakai untuk membuat keseluruhan struktur; hanya jika relativitas, karakter sementara dan kemungkinan social dari setiap cara pandang dunia, dari semua proyek, pola, dan aspek, terlihat; jika, dan lagi kepada metode ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan yang lainnya seperti ilmu sosial dan kemanusiaan, dan juga filosofi, bahkan teologi –sekali lagi dalam cara yang berbeda – diperbolehkan untuk dianggap. Ilmu pengetahuan apa saja yang mengklaim dirinya sebagai yang absolut memosisikan dirinya kedalam masalah.

Ini adalah pertanyaan mengenai kebenaran. Siapa yang secara definif memilikinya?
  • Ilmuwan alam juga mengenali kini bahwa mereka tidak memiliki kebenaran final dan definitive untuk ditawarkan: mereka bersiap-siap untuk merevisi bentuk-bentuk pijakan yang dipakai bahkan akan menggantikannya jika kesempatan itu muncul.
  • Teolog juga, bercita-cita tinggi kepada kebenaran definitive, tidak memilikinya secara definitive. Mereka juga harus selalu mencari lagi secara konstan kebenaran, mereka hanya dapat mendekati kebenaran, belajar melalui “trial and error” dan demikian pula harus mempersiapkan diri untuk merevisi pijakan mereka. Di teologi, juga, saling mempengaruhi secara ilmiah antara proyek, kritisisme, kontra-kritisisme dan pengembangan harus dimungkinkan.

Namun, bukankah istilah ilmu pengetahuan (science) sendiri adalah membingungkan? Jika teologi ingin menjadi ilmu pengetahuan, apakah yang akan menjadi konsekuensinya?
  • Definisi istilah seperti “science”, “philosophy”, “metaphysics”, sebagian besar berdasarkan pada persetujuan (perjanjian, tradisi). Istilah “science” – sebagaimana dalam bahasa Inggris – barangkali sebagian besar dibatasi untuk pernyataan yang bersifat matematik-logis dan juga kepada berbagai bidang ilmu pengetahuan alam.
  • Oleh karena definisi dari “science”, “philosophy”, “metaphysics”, sebagian besar merupakan persetujuan, karakter tradisional, [maka] istilah “science” boleh juga digunakan bagi pernyataan yang bersifat non-matematik dan pernyataan yang berlainan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan alam: yaitu bagi pernyataan meta-empirik-teologis. Jika, bagaimanapun, teologi mengklaim diri sebagai ilmu pengetahuan (science) atau disiplin akademik, maka ia harus menerima prinsip-prinsip ilmiah tertentu dari pembentukan konsep dan pembuatan substansi.
------
Kung, Hans. “Does God Exist, An Answer for Today”. 1980. Doubleday and Company, Inc. Garden City, New York. Section III: Against rationalism for rationality. Page: 115 - 124
 
Diterjemahkan oleh: Illuminatoz 

Perhatian:

(Hak cipta terjemahan menjadi hak milik Illuminatoz, setiap pemanfaatan terjemahan baik sebagian maupun seluruhnya wajib menyertakan nama “Illuminatoz” dan link URL ke blog illuminatoz, http://workofmydarknezz.blogspot.com demikian pula sumber rujukan kepada Buku Prof. Hans Kung wajib disertakan, Terima kasih sudah menghargai hak cipta)


No comments:

Post a Comment