Source (http://www.fwbo-news.org)
Pertanyaan lebih jauh kini muncul berkenaan dengan yang Absolut, yang mana merupakan Ketiadaan Absolut namun bukan semata-mata tidak ada. Memang, pemahaman Kristen mengenai Sang Absolut bukanlah dalam berbagai “bentuk keberadaan” (existent), bukan pula sebagai “bentuk keberadaan yang tertinggi” (supreme existent).
Jika demikian, mengapa kita tidak diijinkan untuk mengatakan bahwa Sang Absolut adalah Keberadaan Absolut (Absolute Being) atau Keberadaan itu sendiri? Dengan cara ini, kita tentunya tidak – sebagaimana yang dipikirkan oleh Nagarjuna – memberikan attribut kepada Absolut sifat yang datang menjadi dan berlalu, namun sebagai keberadaan yang murni, stabil, dan abadi. Penganut Buddha Jepang Masao Abe, dalam semangat Nishida, bersikeras, dihadapan Tillich, bahwa Tuhan harus dilihat bukan hanya melampaui esensi dan yang ada, personal dan impersonal, melainkan juga sebagai yang melampaui keberadaan dan bukan keberadaan.