Sunday, October 16, 2011

Tuhan Tanpa Nama dalam Agama Buddha Bagian 3

Source (https://edoshonin.files.wordpress.com)

Diterjemahkan oleh: Illuminatoz

2. Kekosongan

Istilah “kekosongan” (Sanskrit “sunyata”), sebagaimana biasanya digunakan untuk menyebut yang Absolut khususnya oleh filsuf yang berasal dari Selatan India Nagarjuna, pendiri sekolah Madhyamika, dan diadopsi secara besar-besaran oleh aliran Mahayana, juga oleh aliran Zen, tidak harus dipahami (sesuatu yang lebih dari nirwana) sebagai sebuah gagasan negatif belaka. Nagarjuna, dimasukkan oleh Karl Jaspers diantara karyanya “filsuf-filsuf besar”, tetapi secara khusus pada pendirian agama Buddha – setia mengikuti Buddha dan sebagai sesuatu yang berlawan dengan Hinduisme – mempertahankan “jalan tengah” (= Madhyamika) tidak hanya antara hedonisme ekstrim dan aksetisme ekstrim melainkan pula antara penegasan dan peniadaan. Hanya melalui jalan “kekosongan” lah – dengan menanggalkan motif-motif khusus, pendirian, kategori – manusia dapat meraih nirwana.

Mengapa demikian? Karena bagi Nagarjuna, yang Absolut adalah “kekosongan” itu sendiri: melampaui segala konsep dan istilah, yang mana – semua itu, satu dan seluruhnya, bersifat relatif – tidak akan pernah dapat memahami yang Absolut. Mengenai yang Absolut, Realitas satu-satunya, tak satupun yang mampu atau dapat mengkondisikannya. Bukan pula sebutan yang positif maupun negatif: bukan pula zat maupun gerakan, bukan pula bersifat sebab-musabab maupun hubungan, bukan pula penyatuan maupun perlipatgandaan, dan sungguh bukan pula keberadaan dan bukan keberadaan. Jika keberadaan dialamatkan kepada yang Absolut, itu berarti memberikan attribut kepadanya – sebagaimana kepada segala sesuatu – yang datang menjadi dan berlalu. Jika bukan keberadaan dialamatkan kepadanya, maka memberikan attribut penghentian dan penghancuran kepadanya.



Yang Absolut, kemudian, adalah tanpa berbagai macam nama atau sebutan; dia sendiri adalah “kekosongan” (“sunyata”): bukan sesuatu yang secara khusus ada bukan pula sama sekali tidak ada. Namun, ia bukanlah berada diluar dunia yang nampak; sesungguhnya, ia identik dengan kenampakan dunia. Yaitu, kenyataan dari kenampakan dunia, sifat mereka yang sejati. Dengan menemukan dan melepaskan kenampakan realitas yang palsu, sifat sejati dari yang Absolut akan tersingkap. “Kekosongan”, kemudian, adalah penggambaran untuk sifatnya yang sejati itu. Kekosongan yang tidak dapat ditentukan sama unggulnya dan sebagai akibatnya tidak terakses oleh akal yang objektif, sebaliknya hanya mampu diakses melalui “kebijaksanaan” (“Prajna”), yang secara intuitif menjadi satu dengannya. Peniadaan (negation) kemudian berarti hanya menemukan realitas tersembunyi belaka, yaitu dasar transenden dari segala sesuatu dan pada saat yang sama sifat yang sebenarnya dari sesuatu sebagai norma bagi benar dan salah. Tanpa realitas tertinggi ini, tidak akan pernah ada kelepasan dari samsara, tanpa sunyata tidak ada nirwana. T.R.V. Murti, profesor di Hindu University di Benares dan penafsir paling penting dari Nagarjuna oleh karena itu dapat berkata “mengenai inti filsafat Buddha”: “Aliran Buddha Jalan Tengah (Madhyamika) bukanlah penganut nihilisme; hanya saja, mereka menentang segala usaha untuk menetapkan apa yang secara esensial tidak dapat ditentukan. Yang Absolut bahkan tidak dapat disamakan dengan Keberadaan maupun Kesadaran, sehingga akan membahayakan sifatnya sebagai dasar fenomena yang tak terkondisi. Tattva, bagaimanapun juga, diterima oleh Madhyamika sebagai Realitas segala sesuatu, sifat mereka yang esensial. Hal ini seragam dan universal, bukan menurun maupun bukan pula bertambah, bukan permulaan maupun bukan pula pengrusakan. Yang Absolut berada dalam dirinya sendiri. ... Madhyamika mempertahankan bahwa yang Absolut dimengerti dalam intuisi yang tak mendua – yaitu Prajna, yang merupakan intuisi itu sendiri.” (Bersambung)
---------
Kung, Hans. “Does God Exist, An Answer for Today”. 1980. Doubleday and Company, Inc. Garden City, New York. Section G.I: The God of the non-Christian religions. Page: 594 - 600

Perhatian:

(Hak cipta terjemahan menjadi hak milik Illuminatoz, setiap pemanfaatan terjemahan baik sebagian maupun seluruhnya wajib menyertakan nama “Illuminatoz” dan link URL ke blog illuminatoz, http://workofmydarknezz.blogspot.com demikian pula sumber rujukan kepada Buku Prof. Hans Kung wajib disertakan, Terima kasih sudah menghargai hak cipta)

No comments:

Post a Comment