Monday, March 21, 2016

Kecemasan Aladdin

Kredit: http://wp.lps.org

"Satu persatu 'doa'ku dijawab. 
Bukannya aku bahagia.. 
Aku jadi ngeri 
karena tahu ada "harga" untuk sebuah keinginan, 
Jin pasti meminta lebih banyak 
dari yang pernah ku inginkan", 

kata Aladdin duduk melongo 
di depan matanya 
hamparan lautan luas tanpa tepi, 
mendesah angin menyibak rambutnya, 
mendesau ombak sesekali memericik air 
ke wajahnya.


  "Ah.., Siapa yang tahu masa depan? 
Bahkan Jin sekali pun 
tak tahu ke mana angin pergi 
atau dari mana ia datang", 

"Kalau pun semua sudah pada masanya, 
nikmati saja, 
karena yang terpenting hanyalah saat ini", 

"Masa depan adalah saat ini!", 

Aladdin sadar dari lamunannya, 
mengangkat badannya, 
di telapak tangannya 
genggaman batu kerikil. 
Dia mengayunkan lengannya, 
batu kerikil melesat jauh ke ujung laut, 
hilang ditelan horizon.

Langit semakin senja memerah. 
Lautan jadi kuning keemasan,
 nampak bagai hamparan karpet 
menuju ke Babilon, 
Gerbang Para Dewa, 
tangga menuju ke alam abadi.

No comments:

Post a Comment