Monday, March 7, 2016

Suka Mementingkan Diri Sendiri atau Lebih Peduli pada Orang Lain? Koneksi di Otak Menyibak Motivasi Tersembunyi Manusia

 Studi baru ngusulin kalo peristiwa saling berjajar antara jaringan saraf tertentu di dalam otak membuat motif seseorang didorong oleh sikap mementingkan diri sendiri ato sikap lebih peduli pada orang lain. Kredit https://qph.is.quoracdn.net
3 Maret 2016 - Science Daily,

Sering banget, sulit sekali buat pahamin sikap seseorang yang dia tunjukkin ke kita, karena motif mereka yang sebenarnya tetap tersembunyi. Tapi, sekarang para peneliti telah ngebuktikan kalo motif seeorang dapat dikenali sebab motif ternyata berkaitan erat dengan interaksi spesifik antar daerah otak yang berbeda. Mereka juga ngejawab gimana motif empati (berbela rasa/ mampu ikut rasain perasaan orang lain) bisa ningkatin sikap lebih peduli pada orang lain pada orang-orang yang sebelumnya dikenal egois.

Sumber: Unversitas Zurich
Gambar:  https://qph.is.quoracdn.net
Diterjemahkan Oleh: Willy Illuminatoz


Buat mahamin tingkah laku manusia, penting banget tuk lebih dulu mahamin motif di balik tingkah laku mereka. Sejauh ini, ga ada cara langsung buat ngenali motif-motif ini. Biasanya orang-orang cuma amatin tingkah laku yang bersangkutan untuk ngeduga motifnya ato minta si dia kasih penjelasan atas motif dari tindakannya. Tapi cara ini pun ga akan ngasih hasil yang dapat diandalkan untuk tahu motif yang sebenarnya karena biasanya sih motif itu dianggap sebagai sesuatu yang privasi sifatnya, ato orang enggan mau ngasih tau motif dia ato bahkan ada aja orang yang ga tau motifnya sendiri.

Psikolog dan Ilmuwan Saraf, Grit Hein dan Ernst Fehr dari Fakultas Ekonomi, Universitas Zurich berkolaborasi dengan Yosuke Morishima, Susanne Leiberg, Sunhae Sul akhirnya nemukan klo cara bagian-bagian yang sesuai di otak untuk saling berkirim sinyal di antara mereka akan berubah seiring dengan motif tertentu yang dipilih seseorang. Hubungan timbal balik antara daerah tertentu di otak ini memungkinkan para ilmuwan ngenali motif yang mendasari tingkah laku seseorang. Motif yang mendasari tingkah laku seseorang, seperti yang udah dijelasin tadi tidak dapat dengan akurat ditentuin hanya dengan ngamatin tindakan seseorang, ato ngedasarin hanya pada daerah otak yang diaktifkan selama si dia ngambil tindakan.

Pertalian antara bagian-bagian otak yang berhubungan dengan motif manusia

Selama penelitian, para peserta diperiksa pake pemindai fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging - Prosedur memindai kegiatan di dalam otak pake alat resonansi magnetik) sambil diarahin buat ngelakukan tindakan yang didorong oleh motif empati ato didorong oleh motif balas budi. Kalo liat aktifitas fungsional cuma pada 1 bagian di otak, kita masih belum bisa tau motif apa yang ngedorong sebuah tindakan. Karena 1 bagian itu sama-sama menyala baik saat motif empati atau motif balas budi yang dipake. "Tapi, kalo dipake teknik analisis Dynamic Causal Modelling (DCM - Pemodelan Sebab-sebab Dinamik), kita jadi bisa nyelidiki interaksi antara daerah otak ini dan nemuin perbedaan yang nyata antara sikap yang didasarin oleh motif empati dan sikap yang didasarin oleh motif balas budi," Ujar Grit Hein. "Dampak yang ditimbulkan motif untuk interaksi antara bagian-bagian otak yang berbeda jelas-jelas terlihat sehingga perbedaan itu bisa dipake buat ngelompokin motif yang mendasari tindakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi", lanjut beliau jelasin hasil penelitian itu.

Motif empati ternyata ningkatin sikap lebih peduli pada orang lain bagi mereka-mereka yang biasanya egois

Hasil penelitian maha-penting selanjutnya ialah nemuin bukti klo motif yang ngebuat orang jadi egois atau suka bergaul diproses secara berbeda di otak. Bagi orang yang egois, motif empati bisa ningkatin tingkah laku lebih peduli pada orang lain, tapi tidak untuk motif balas budi. Setelah si egois berhasil bertindak dengan didorong oleh motif empati, proses otaknya dan tingkah lakunya akan serupa dengan orang yang suka bergaul dan akan lebih perhatian pada orang lain. Sebaliknya, orang yang suka bergaul akan lebih bisa perhatian pada orang lain setelah dia bertindak dengan didorong oleh motif balas budi, tapi tidak untuk motif empati.

Referensi:
Artikel di atas dicetak ulang dari bahan-bahan yang disediain oleh Universitas Zurich. Catatan: diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Willy Illuminatoz dari situs Science Daily.

Journal Reference:
  1. G. Hein, Y. Morishima, S. Leiberg, S. Sul, E. Fehr. The brains functional network architecture reveals human motives. Science, 2016; 351 (6277): 1074 DOI: 10.1126/science.aac7992
 








No comments:

Post a Comment